GIFTED atau AUTISME, Bagaimana membedakannya ? (part 16)
lisan ini merupakan Tulisan Ibu Julia Van Tiel yang saya kutip dari Blognya. Karena saat ini saya sedang konsern masalah ini. Tulisan ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. Semoga bermanfaat.
Autis Savant
Adalah bentuk autisme klasik (infantil) Kanner dengan defisit inteligensia yang sangat luas dan parah atau idiot, karena itu sering pula disebut idiot-savant. Diperkirakan autis Savant ini berjumlah 10 persen dari populasi autisme klasik yang mental retarded. Berbagai catatan epidemiologi, prevalensi autisme klasik ini adalah 4 dari 10.000 anak yang lahir. Sekitar 70 persennya mengalami mental retarded. Sekalipun autisme savant ini mengalami gangguan perkembangan verbal yang sangat parah, namun beberapa bagian dari kemampuan performalnya sangat baik. Dalam tes menggunakan Wechsler Intelligence Scale menunjukkan bahwa para autis savant ini dalam tes inteligensia performalnya mempunyai skor yang istimewa pada tes Block Design dan Object Assembly. Diantaranya juga ada yang mempunyai visual memory yang istimewa (Cox & Eames, 1999)
Oliver Sack (1995) menggambarkan seorang savant sebagai individu yang paradox, yaitu memiliki gangguan inteligensia yang parah namun juga memiliki talenta yang luar biasa. Individu savant ini ada yang mempunyai talenta melukis, musik, atau mnemonist (bermain perkalian berdigit digit tanpa kalkulator sebagaimana halnya figur autis savant dalam film Rain Man yang dimainkan oleh Dustin Hoffman).
Gambar di bawah ini menggambarkan Wechsler profil savant (BX) yang menunjukkan tinggi dalam subtes Block Design (visual abstrack ability) dan Digit Span ( short term auditory memory for non- meaningful information) namun mengalami defisit dalam berbagai subtest lainnya.
Catatan
Verbal: Information – fund of general knowledge
Similarities – verbal abstract reasoning
Arithmatic – numerical reasoning, attention and short-term memory for
meaningful information
Vocabulary – knowledge of word meanings
Comprehension – social comrehension and judgment
Digit Span – short term auditory memory for non- meaningful information
Performal:
Picture Completion – attention to visual detail
Coding – visual – motor skill, processing speed
Picture arrangement – attention to visual detail, seqientila reasoning
Block Design – visual abstract ability
Object Assemby – part – whole reasoning
Mazes – graphomotor planning, visual – motor coordination and speed
BX adalah seorang savant yang lahir tanpa komplikasi, walau begitu ia mempunyai perkembangan bicara yang buruk, yang menyebabkan orang tuanya prihatin. Mendapat diagnosa autism saat berusia 4 tahun. Diagnosa berdasarkan klasifikasi kriteria WHO (1978). Ia mengalami epilepsy, konsentrasi buruk, serta gangguan motorik kasar berupa
clumsy dan gangguan kordinasi. Kemampuan menggambarnya tiba-tiba muncul diusianya yang ke 15 tahun 6 bulan tanpa melakukan latihan praktek. Ia menggambar dari apa yang ada di memorinya tentang jembatan kereta api dan jalan raya yang sangat perspektif. Tes tadi di atas saat ia berusia 19 tahun 6 bulan.
Berbeda dengan Nadia autis savant yang mempunyai talenta, kemampuan menggambarnya muncul di usia 3 tahun saat mana ia belum mampu berbicara, namun saat ia sudah mampu berbicara kemampuan menggambar ini menghilang. Cara autis savant mengekspresikan kemampuan memori fotografisnya adalah dengan cara melakukan registrasi apa
yang dilhatnya dengan mata dengan cara sangat detil yang oleh Vermulen (2004) disebutnya sebagai visual realism. Selanjutnya Vermuelen (2004) menjelaskan bahwa hal yang membedakan antara para autis yang mempunyai memori fotografis dengan anak-anak non-autis yang juga mempunyai kemampuan fotografis adalah pada anak-anak autis savant ini apa yang digambarkannya merupakan hasil registrasi yang dilihatnya tanpa memberinya makna maupun kreasi lainnya. Gambarnya akan lompat langsung pada stadium lanjut berupa gambar tiga dimensi, tanpa adanya
tambahan kreasi dan fantasi. Seperti misalnya gambar yang dibuat Nadia. Vermeulen memberi perumpamaan bahwa jika seorang anak autis menggambar sebuah bangku, ia tidak tahu lagi apakah itu bangku taman atau bangku malas untuk di taman. Pada anak-anak non-autis yang mempunyai memori fotografis, gambar-gambar yang dibuatnya bukan saja sangat detil dan persfekstif, namun juga akan kaya dengan fantasi. Anak autis akan melihat dunia bagai suatu benda-benda berjajar runtut bagai garis, bukan merupakan pengertian yang mempunyai makna tertentu, namun merupakan pengertian yang realistis yang kemudian dicurahkannya dalam bentuk gambar. Pemahaman Nadia bukan merupakan pemahaman konseptual tetapi pemahaman yang perseptual. Hal ini merupakan kekosongan dalam kemampuan pemahaman yang kemudian menyebabkan Nadia mampu mencatat apa yang dilihatnya secara eksak. Nadia tidak “melihat” kuda-kud
a yang selalu digambarnya. Talenta menggambar anak-anak autis ini tidak “tertular” oleh penggunaan “pengenalan dan penamaan” sebagaimana yang dilakukan oleh anak-anak normal. Misalnya seorang anak non-autistik ditanya untuk menggambar seekor kuda ia akan “berfikir”seekor kuda (dengan kata lain disebut skema kognitif, atau prototype dari seekor kuda yang keluar dari memorinya) lalu ia akan menggambar apa yang ia fikirkan. Sedang Nadia segera mengingat kembali apa yang pernah ia lihat dan ia akan gambarkan.
Sekalipun sulit melakukan tes terhadap Nadia, namun bisa nampak dengan cara melakukan pengamatan terhadap berbagai benda yang dilihatnya dan disajikannya dalam bentuk gambar, yang menunjukkan sesuatu bukan berdasarkan pemahaman makna tentang apa yang dilihatnya.
Akan berbeda pula dengan gambar anak-anak non-memori fotografis, gambar yang dibuatnya tidak merupakan langsung berupa gambar tiga dimensi, namun dimensinya secara perlahan berkembang satu persatu dimulai dari gambar-gambar sederhana.
Continue…
riswanto 7:03 am on August 7, 2008 Permalink |
info di blog nya bagus sekali,,,
salam kenal ya
kapan-kapan mampir di blog kami
riswanto
081578054182 http://www.autisfamily.blogspot.com
yudhaarga 8:41 am on August 7, 2008 Permalink |
dear pak riswanto,
terima kasih komentarnya. saya sudah main ke blognya. salut atas perjuangan bapak membesarkan anak berkebutuhan khusus.
semoga semakin mendekatkan kita kepadaNYA.
Hope we always keep in touch.
Yudha Argapratama
0816 1654807
Farhana Afrilia 10:08 am on November 6, 2008 Permalink |
Ass mas Yudha…… pa kabar
sebenernya mas tuh anak fak “kehutanan” beneran atau nyambi ke psikologi trus maen di kedokteran?
ASLI…. tulisanya bagus banget. SUKSES truzzzz ya…. 🙂
grandklavier 9:32 am on December 11, 2008 Permalink |
hallo boleh tukeran link? makasih..
Kitty 7:32 am on May 14, 2009 Permalink |
saya tertarik baca post nya sampai komplit, tp kok loncat2 ya linknya, abis baca part 4, ga bisa ke part 5. 🙂
anak saya di-diagnosa PDD NOS sejak usia 1 Y 9 M, tp saya tertarik dgn ciri2 gifted, just wanna make sure ga ada kesalahan penanganan. Anak saya udah 3 Y 1 M, komunikasi verbal lumayan, penyayang, cheerful, iseng, tp suka sekali sama roda. Daya khayal terbatas, tp bukan tdk ada sama sekali.
rifqoh ihdayati,psi 7:03 am on July 22, 2009 Permalink |
asli TOP bgt….saya yang psikolog anak aja perlu berguru dan belajar dari bapak yang satu ini…..